BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia ialah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang paling sempurna dari pada makhluk ciptaan yang lain karena diibekali oleh akal pikiran dan hawa nafsu secara sekaligus, manusia juga diberikan amanat oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin dan perawat bumi tempat tinggal manusia.
Manusia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah dan memiliki insting untuk beragama, namun dikemudian orang tuanyalah yang menjadikan manusia tersebut Majusi, Nasrani atau pun Islam, hal ini juga sesuai dengan hadits yang nabi sampaikan. Karena telah dibuktikan bahwa manusia memang dalam dunia ini dan kehidupan sehari-hari memang membutuhkan agama dan membutuhkn tempat bersandar, dalam hal ini ialah Tuhan.
Motivasi yang terdapat dalam diri manusia memiliki berbagai macam jenis dan unsur-unsur yang dapat mempengaruhinya, terlebih lagi motivasi dalam beragama seseorang dan bagaimana memaknai agama sebagai suatu kebutuhan manusia itu sendiri.
Atas dasar pendahuluan diatas dalam makalah ini pemakalah akan mencoba menyajikan tema tentang kehidupan beragama dan motivasi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN BERAGAMA
1. PengertianAgama
Pengertian agama secara sosiologis sering berbeda dengan pengertiannya secara etimologis dan menurut ilmu agama, apalagi menurut yang kita pahami sehari-hari. Setidaknya ada beberapa pengertian agama menurut ahlinya masing-masing, diantaranya:
1. Kata agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu kata yang berarti tidak, dan gam yang bererti pergi. Berarti agama adalah tidak pergi, tidak putus, tidak hilang, dengan maksud karena agama diajarakan secara turun temurun atau kerana agama pada umumnya mengajarkan kekekalan hidup, atau kematian bukanlah akhir dari kehidupan karena ada kehidupan lagi selanjutnya. Ada juga yang mengartikan gam itu adalah kacau, dengan maksud bahwa setiap manusia yang mempunyai agama maka dengan agama itu ia tidak kacau atau mempunya pandangan hidup, mempunyai jalan hidup, dan punya jalan lurus serta teratur. ( Nasution 1979b, jld I :1-2).
2. Dalam bahasa Inggris dan Prancis agama diterjemahkan dengan Religion, sedangkan Religion ini berasal dari bahasa latin yaitu Religare yang mempunyai beberapa arti, yaitu membaca, mengumpuljkan, mengikat. ( Bin Nabi 1969:134; Nasution 1979b, jld I:1-2).
3. Dalam bahasa arab agama disebut al-din. Dengan panjang mad pada “diin”, yang mempunyai beberapa arti yaitu:
a. Paksaan, kekuatan, dan tekanan,
b. Ketaatan, kepatuhan atau peribadatan.
c. Pembalasan atau perhitungan.
d. Sistem atau cara. (Nasution 1979b, jld I:1-2, Wahbah et.al 1971:98)
Secara sosiologis, beragama atau tidak beragamanya manusia itu adalah sebagai gejalakehidupan manusia dan masyarakat yang sangat kompleks. Berbagai sikap dan penerimaan manusia dan masyarakat, baik yang positif ataupun yang negatif bisa saja timbul dari pengaruhkehidupan beragama.
2. Defenisi Dan Konsep Agama Menurut Sosiolog
Agama adalah sesuatu yang kompleks, berbagai macam ragam, mengandung berbagai aspek, yang ghaib dan yang nyata, material dan spritual, sosial, dan individual, dihayati dengan berbagai penekanan oleh individu dan kelompok masyarakat.
Para ahli ada yang mendefenisikan secara eksplisit dan ada pula yang mengungkapkan pengertian agama emplisit, diantaranya adalah :
Auguste Comte ( 1798-1858 ), ia mengatakan agama sebagai jawaban dari cara berpikir manusia dan masyarakat yang cenderung mencari jawaban absolut dari berbagai masalah alam dan kehidupan.
Karl Marx ( 1818-1883 ), anak seorang pengacara yahudi yang dikenal sebagai ilmuan yang beraliran sosialis dan bahkan komunis, juga memandang agama bertentangan dengan kemajuan. Ia mengatakan agama sebagai institusi yang sengaja diciptakan oleh kelas borjuis ( pemuka agama ) untuk mengekploitasi kelas proletar. Untuk mendapatkan keuntungan material, atas nama tuhan, pahala, dosa, dan surga.
Karl Marx memahami sejarah, perubahan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, lembaga social, seperti hokum, ekonomi, politik, adat, dan agama dengan kacamata historis materialism. Artinya semua aturan main, budaya dan moral yang dikembangkan dan digariskan oleh suatu institusi social tersebut berlatar belakang pemerasan kelas elit borjulis terhadap kaum proletar, yaitu rakyat yang mayoritas.
Sigmund Frued ( 1856-1939 ), ia mengatakan ada kalanya agama positif bagi seseorang dan banyak pula agama menyebabkan orang sakit jiwa. Dengan agam orang bisa mengalihkan kegagalan di dunia ini, seperti ingin kaya, ingin berkuasa, ingin mendapatkan keadilan dan sebagainya. Pengalihan itu adalah dengan kepercayaan asal yang diinginkan orang beragama sejalan dengan ajararan agama dan tidak dimurkai tuhan tetapi tidak didapatkannya di dunia ini, kelak di akhirat ia akan mendapatkannya dalam sorga.
Dilain pihak Sigmund Frued juga mengemukan pendapatnya bahwa agama juga penyebab orang sakit jiwa. Sebagaiman halnya hukum, adat dan aturan lainnya dalam kehidupan seseorang, hal ini karena semua dilarang agama, hokum, adat dan aturan lainnya melarangnya untuk melaksanakn dan mencapai sesuatu keinginan yang di bawah sadarnya.
3. Agama dan Masyarakat
Penjelasan yang bagaimanapun tentang agama, tak akan pernah tuntas tanpa mengikut sertakan aspek-aspek sosiologinya. Agama yang mengikut kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah social dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia dimana kita memiliki berbagai catatan, termasuk yang biasa diketengahkan dan ditafsirkan oleh para ahli arkeologi.
Dalam masyarakat yang sudah mapan , agama merupakan salah-satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan system social. Akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah pemerintah dan hokum, yang lazim menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran.
Masalah inti dari agama tampaknya menyangkut sesuatu yang masih kabur serta tidak dapat diraba, yang terlintas empirisnya sama sekali belum jelas. Ia menyangkut dunia luar ( the beyond ), hubungan manusia dengan dan sikap terhadap dunia luar itu, dan dengan apa yang dianggap manusia sebagai impliksi praktis dari dunia luar tersebut terhadap kehidupan manusia.
Perbandingan aktivitas keagamaan dengan aktivitas lain atau perbandingan lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain, menunjukan bahwa agama, dalam pautanya dengan masalah yang tidak dapat diraba itu, (the beyond) merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan bagi masalah pokok manusia. Namun kenyataan menunjukan lain. Sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang mengandung arti penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dalam transendensinya, mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukan lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan.
Agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublime; sebagai sejumlah besar moralitas sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu; sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia beradab. Tetapi agama telah pula dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sifat tidak toleran, pengacuhan, pengabaian, tahayul dan kesia-siaan. Kecenderungan yang sangat revolisioner, seperti peristiwa pemberontakan petani pada abad ke-16 di jerman. Emile Durkhein seorang pelopor sosiologi agama di Prancis menyatakan bahwa agama merupakan sumber kebudayaan yang sangat tinggi, sedang Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia. Jelas agama menunjukan seperangkat aktivitas manusia dan sejumlah bentuk-bentuk sosial yang mempunyai arti penting.
4. Fungsi agama bagi manusia
1. Agama sebagai petunjuk bagi manusia
Kebutuhan manusia terhadap hukum yang bernilai absolut hanya dapat dipenuhi bila ia datang dari yang absolut juga, yaitu hukum yang datang dari tuhan yang maha esa. Yang kemudian disebut agama. Jadi tampak jelas bahwa agama merupakan kebutuhan yang primer bagi manusia itu sendiri dan demi terselenggaranya ketertertiban dan peradapan manusia sebagai suatu kelompok ummat. Maka agama dapat dilihat sebagai hidayah yang diterima manusia dari tuhan, sebab dengan jalan hidayah itulah manusia dapat menemukan nilai-nilai yang dibutuhkan secara fitrawi sebagai sarana dan petunjuk dalam mewujudkan ketertiban dan mengembangkan peradapan dibumi ini.
2. Agama sebagai motivasi perbuatan moral
Iman adalah landasan dan motivasi bagi manusia, ia tidak sekedar mempercayai hukum-hukum tuhan semata, tetapi juga mengamalkan dalam kehidupan yang nyata, kedudukan iman sebagai motivasi perbuatan moral yakni perbuatan yang sesuai dengan tuntunan hukum tuhan adalah dengan melihat kedudukan iman yang berada dilubuk hati manusia.
3. Agama dan kesehatan mental
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man).
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan
B. MOTIVASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Pengertian
Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan tujuan.
Agama berarti segenap kepercayaan kepada tuhan atau dewa serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Motivasi atau dorongan beragama ialah merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya setiap kali ia ditimpa malapetaka dan bencana.
2. Macam-macam Motivasi
Secara fitrah motivasi dalam diri manusia dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) MOTIVASI SPIRITUAL
hal ini terdiri dari keinginan manusia untuk terhindar dari sifat-sifat buruk yang mampu merusak keimanan :
a. Motivasi memelihara diri dari kemusyrikan
b. Motivasi memelihara diri dari kekufuran
c. Motivasi memelihara diri dari kemunafikan
2) MOTIVASI FISIOLOGIS
(yang bersifat jasmaniah) yang terdiri dari:
a. Motivasi pemeliharaan diri
b. Motivasi kepada kelangsungan jenis (berkeluarga dan berketurunan)
3) MOTIVASI PSIKOLOGIS
yang terdiri dari :
a. Motivasi memiliki
b. Motivasi Agresif (dalam kajian sifat, kata-kata maupun fisik)
3. Tingkatan motivasi
a. Motivasi Hewani, ialah motivasi memebuhi kebutuhan hidup tanpa memperhatikan keadan dari suatu yang diperolehnyadan cara memanfaatkannya, seperti ketika ingin menghilangkan rasa lapar dan haus Ia tidak peduli apakah yang dimakan halal atau haram.
b. Motivasi Insani, ialah motivasi yang terdapat didalam diri manusia yang memiliki akal yang sehat, hati yang bersih, dan indrawi yang tajam, dalam merespon motivasi atau rangsangan selalu menggunakan hati, indrawi dan akal sehat.
c. Motivasi Rabbani, ialah dorongan jiwa yang terdapat dalam diri manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan diri melalui ketaatannya yang sangat sempurna dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT, motivasi ini adalah dorongan jiwa yang dianugrahkan oleh Allah kepada para nabi, rasul, auliya, sebagai ahli waris dari para nabi-nabi terdahulu.
4. Ayat-ayat Al-Quran tentang motivasi beragama
QS.Al-Ara’af :172
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”,
QS. Ar-Rum : 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
QS. Adz-Dzariyaat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
BAB III
PENUTUP
Secara sosiologis, beragama atau tidak beragamanya manusia itu adalah sebagai gejalakehidupan manusia dan masyarakat yang sangat kompleks. Berbagai sikap dan penerimaan manusia dan masyarakat, baik yang positif ataupun yang negatif bisa saja timbul dari pengaruhkehidupan beragama.
Agama adalah sesuatu yang kompleks, berbagai macam ragam, mengandung berbagai aspek, yang ghaib dan yang nyata, material dan spritual, sosial, dan individual, dihayati dengan berbagai penekanan oleh individu dan kelompok masyarakat.
Agama terhadap manusia mempunyai tiga fungsi penting yakni Agama sebagai petunjuk bagi manusia, Agama sebagai motivasi perbuatan moral, Agama dan kesehatan mental, sedangkan tingkatan motivasi itu sendiri ada tiga yaitu motivasi hewani, motivasi insani dan motivasi rabbani.
Motivasi atau dorongan beragama ialah merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya setiap kali ia ditimpa malapetaka dan bencana.
Macam-macam motivasi ada tiga yaitu : motivasi spiritual yang terdiri dari (motivasi memelihara diri dari kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan), motivasi fisiologis yang terdiri dari (motivasi pemeliharaan diri dan motivasi kepada kelangsungan jenis) dan motivasi psikologis yang terdiri dari (motivasi memiliki, motivasi agresif).
Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Siaksoft, Pengertian Motivasi, www.siaksoft.com.
WJS.Poerwadarminta, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Faizah, Lalu muhsin effendi, 2006. Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media.
Hamdani bakran Ad-Dzakiy, 2005. Psikologi Kenabian, Yogyakarta: Pustaka
Al-Quran.
Suisyanto, 2006. Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta : Teras
Jalaludin, 2007. Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
F.O’dea, Thomas, 1985. SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta : CV.RAJAWALI.
fdsfdsfdsf