1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari atau tidak dasadari, tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Robert M.Z. Lawang mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
James W. Van der Zanden mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Walaupun masyarakat berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat, tapi dalam setiap masyarakat selalu dijumpai adanya perilaku yang menyimpang. Contoh: Seharusnya pada jam pelajaran semua siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, namun adakalanya beberapa siswa meninggalkan kelas untuk makan di kantin, dan sebagainya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang
Kita mengidentifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang di dalam masyarakat, pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor tersebut, antara lain faktor intelegensi, kondisi fisik, kondisi psikis, kepriadian, usia, jenis kelamin, dan kedudukan seseorang dalam keluarga,
1) Faktor Intelegensi
Setiap orang memiliki intelegensi yang berbeda. Ada yang cerdas ada pula yang kurang cerdas. Pada umumnya orang yang pandai atau cerdas akan lebih cepat berinteraksi dan bersosialisasi terhadap nilai yang ada di masyarakat. Sebaliknya yang kurang atau yang lemah intelegensinya akan sulit dan lamban berinteraksi. Baik orang yang cerdas maupun yang kurang cerdas,sama-sama mempunyai potensi perilaku. menyimpang. Biasanya orang yang cerdas mempunyai sifat atau sikap suka meremehkan orang lain, dan egoismenya yang tinggi, sedang orang yang kurang cerdas biasanya suka mengisolasi diri, tidak percaya diri sehingga perilakunya canggung dalam pergaulan masyarakat. Hal ini dapat menghambat ketika ia harus berinteraksi atau bergaul dengan masyarakat disekitarnnya.
2) Kondisi Fisik
Seorang tokoh kriminologi C. Lombroso (Soerjono Soekanto 1981:25), melihat tanda-tanda fisik seseorang, dapat dikenali apakah seseorang itu orang yang baik atau orang yang jahat. Seorang penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu, yaitu tengkoraknya mempunyai kelainan-kelainan; roman muka yang lain dari pada orang biasa, tulang dahi melengkung ke belakang
Terlepas dari tanda-tanda tertentu diatas kondisi fisik seseorang juga dapat menjadi penyebab perilaku menyimpang. Kondisi fisik seseorang dapat dilihat dari kesempurnaan atau ketidaksempurnaan organ tubuh. Contoh, orang yang kurang sempurna organ badannya (tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, atau cacat fisik) apabila tidak diimbangi dengan rasa kepercayaan diri, mereka akan cenderung mempunyai rasa minder atau malu untuk bergaul dengan sesam teman atau tetangganya. Sebaliknya, orang yang mempunyai kesempumaan tubuh seperti posturnya bagus, paras yang cantik atau tampan, kulit yang putih bersih, hidung yang mancung kadangkala menyalahgunakan kelebihan fisik yang dimiliki dengan menjadi PSK (Pekerja Seks Komersil).
3) Kondisi Psikis
Kondisi kejiwaan akan, merapengaruhi perilaku seseorang. Orang yang sedang guncang jiwanya akan mudah melakukan perilaku menyimpang. Contohnya, orang yang dalam kondisi jiwanya gundah, mereka tentu tidak dapat memusatkan perhatian terhadap suatu masalah. Pikirannya kacau, mudah tersinggung dan cepat marah. la pun tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga mudah melakukan tindakan yang negative.
4) Kepribadian
Menurut Koentjaraningrat (1990:120) kepribadian atau personality, adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tikngkah laku atau setindakan dari tiap-tiap individu. Dalam bahasa populer, kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang yang konsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
Salah satu unsur kepribadian adalah dorongan psikologi yang bernilai negatif. Wujudnya dapat berupa ketegangan yang sangat tinggi, kebencian tehadap sesama, altruisme ekstfem, penghinaan terhadap sesama, dan tidak percaya pada diri sendiri. Mereka yang dalam keadaan seperti ini lebih mudah melakukan perbuatan yang menyimpang, sebab orang yang demikian itu biasanya tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan benar.
5) Usia
Pertambahan usia sering mempengaruhi pembentukan pola pikr dan tirigkah laku seseorang. Ketika semakin tua, seseorang sering mudah tersinggung. Selain itu, orang yang usianya sudah lanjut sering menjadi pikun (cepat lupa).
6) Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang yang berbeda dari yang lainnya dalam keluarga dapat " mendorong individu untuk melakukan penyimpangan, misalnya di daiam satu keluarga yang terdiri dari enam orang anak, hanya satu anak yang perempuan. Hal ini .menyebabkan perilakunya menjadi seperti laki-laki atau menadi bersikap manja dan ingin selalu mendapat perhatian lebih dari orang tua dan kakak-kakaknya.
7) Kedudukan Seseorang dalam Keluarga
Kedudukan seseorang dalam keluarga dapat juga mendorong penyimpangan. Anak pertama sering merasa paling berkuasa daripada adik-adiknya. Sebaliknya, anak bungsu selalu ingin dimanja dan diperhatikan. Begitu juga jika seseorang itu adalah anak tunggal yang selalu mendapatkan semua yang diinginkannya. Suatu ketika jika satu keinginannya tidak tepenuhi, kemungkinan terbentuknya perilaku menyimpang dapat saja terjadi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar diri seseorang . Faktor ini mempengaruhi perilaku menyimpang seseorang. Misalnya, faktor ekonomi, faktor politik, faktor budaya, kehidupan keluarga, pendidikan di seRolah, perga.ulan, dan mediamassa.
1) Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap individu atau kelompok untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku menyimpang. Ada kecenderungan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang baik bisanya kondisi stabilitas sosialnya labil. Misalnya, pencurian, perampokan, penipuan, dan pembunuhan akan meningkat, Dalam kriminologi disebutkan bahwa "dimana ada masyarakat miskin, disanalah sarangnya penjahat". Jadi, kemiskinan mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan.
Sebenarnya penyimpangan tidak hanya dimonopoli oleh kelompok masyarakat yang sosial ekonominya lemah saja, tetapi juga fenomena sosial menunjukan bahwa kelompok masyarakat dengan kedudukan sosial ekonomi yang kuat tidak sedikit yang melakukan penyimpangan terhadap norma-norma dan nilai-nialai sosial. Misalnya, kasus yang menimpa pejabat atau konglomerat karena melakukan tindak pidana korupsi, kasus perselingkuhan yang dilakukan di hotel-hotel berbintamg, atau penyalahgunaan narkoba. Biasanya orang-orang yang melakukan penyalahgunaan narkoba merupakan orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi cukup mapan.
2) Kondisi Politik
Kondisi politik suatu Negara terutama penggunaan sistem politik yang tidak sesuai dengan koridisi objektif masyarakat karena dianggap bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dapat menjadi faktor pendorong perilaku menyimpang. Sistem politik yang dimaksud, pertama adalah system otoriter, yaitu sistem politik yang lebih mengutamakan kekuasaan dari pada kesejahteraan rakyatnya. Padai sistem ini penguasa cenderung sewenang-wenang dan banyak sekali melakukan pelanggaran HAM dengan alasan demi kestabilan pemerintah. Rakyat menjadi. korban kekuasaan, hidupnya menderita dan tidak ada kebebasan. Contoh dari kasus ini adalah pemerintahan Jerman pada masa kepemimpinan Hitler dan pemerintahan Italia dibawah kepemimpinan Mossolini. Kedua, sistem politik liberal adalah system politik yang lebih mengutamakan semangat. kebebasan individu. Bagi negara tertentu yang dalam praktik kehidupan bernegara dengan berasaskan is kekeluargaan, penerapan demokrasi liberal sangat memungkinkan timbulnyakonflik-konflik yang mengarah pada tindakan inkonstitusional.
3) Faktor Budaya
Setiap orang mempunyai kebudayaan yang berbeda, sehingga pada kehidupan masyarakat dapat dipastikan terdapat keanekaragaman budaya. Masyarakat dengan budayanya yang beranekaragam mempunyai potensi yang tinggi terjadi konflik. &, Menurut Donald Taff, kejahatan adalah produk dari kebudayaan (crime is product» of culture). Tiap kebudayaan mempunyai noima yang berbeda-beda, sebab norma merupakan pedorrian tingkah laku. Datam kondisi tertentu, norma dan nilai yang ;berlaku di suatu masyarakat, belum tentu cocok dengan nilai dan norma yangl berlaku di masyarakat lainnya. Perbedaan budaya di suatu tempat itu kadangkala dapat memicu atau menimbulkan perilaku menyimpang pada individu atau kelompok.
4) Kehidupah Rumah Tangga atau Keluarga
Kehidupan rumah tangga atau keluarga yang tidak harmonis dapat mendorong seseorang untuk mempunyai perilaku kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang anak yang mempunyai orang tua yang setiap hari selalu bertengkar. Bahkan ketika bertengkar, ayahnya sering memukuli ibunya. Semua hal itu secara perlahan-perlahan dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang. Misalnya, minum-minuman keras dan memakai obat-obat terlarang yang semuanya bertujuan untuk melarikan diri dari semua persoalan yang sering dihadapinya.
5) Pendidikan di Sekolah
Pendidikan di sekolah dapat menjadi fakor ekstemal (fakor dari luar) jika seseorang tidak dapat menerima aspek-aspek pendidikan yang ia terima di sekolah. Jika hal ini terjadi, tidak jarang tindakan-tindakan yang menyimpang dari tujuan pendidikan yang sebenarnya dapat timbul.
6) Pergaulan
Perilaku seseorang dalam kehidupam sehari-harinya sebagian besar dapat terbentuk dari pergaulannya dengan teman-temannya. Jika pergaulan dengan temannya itu bersifat positif, perilakunya pun akan cenderung bersifat positif. Sebaliknya, jika pergaulan dengan teman-temannya itu bersifat negatife, perilakunya pun cenderung akan bersifat negative juga.
7) Media Massa
Media massa, baik media cetak maupun elektronik memegang peranan yang cukup penting dalam membentuk perilaku seseorang. Film-film yang ditayangkan di televisi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal itu baik jika film-film dan acara yang ditayangkan bersifat positif. Tetapi seringkali film-film dan acara-acara yang ditayangkan di televisi berbau pornografi dan kekerasan, sehingga perlahan-lahan yang sering menyaksikannya mulai meniru perilaku negative yang ditonton tersebut.